Rabu, 25 Februari 2015

Lagu So Called The Guilties - Koes Bersaudara.

Satu lagi lagu yang saya ambil liriknya secara utuh adalah So Called The Guilties dari Koes Bersaudara.



When your heart is down
And you sit in front of the court
The lawyers do something for you
They judge the right against the wrong
While you don’t know what happened behind
To the so-called the guilties
They try to differ
From good to bad
The court may sentence you
Prison or even death
Then beat afast
That you feel what’s in your heart
If you forget the Lord
Yes … the Lord above
 


Lagu Kompor Mleduk - Benyamin S.

Satu lagu lagi yang saya ambil untuk salah satu bab. Lagu Kompor Mleduk dari Benyamin S.


Puisi Penutup di salah Satu Bab; Sehabis Kututup Pintu – Imam Budi Santoso – 1969



Sehabis kututup pintu dan terdiam sesaat
Hanyalah diriku, segalanya terbenam dalam jiwaku
Begitu cepat, atas nama-Mu atas nama Kesunyian
Seluruh kehidupan menyatu, kehidupan dengan bahasa satu
Ketiadaan yang kekal berbunyi: Mu

Di mana hari-hari yang lampau kutinggalkan kenapa masih juga di sini, membuktikan
Nama-nama yang sama di luar pengamatan, kembali
Terbit untuk tidak mengecewakan perhitungan jaman
                                       Yang telah pasti

Sehabis kututup pintu dan terdiam, sesaat
Tampaklah diriku, ada
Di mana-mana
Di setiap benda

Sehabis Kututup Pintu – Imam Budi Santoso – 1969

 foto bapak Imam Budi Santoso
http://bahasa.kompasiana.com/2012/05/08/pembacaan-puisi-oleh-guru-di-rumah-budaya-tembi-461482.html

Satu Lagu yang Saya Petik Secara Utuh di Halaman Terakhir; Blue Hawaii - ELvis Presley




Night and you
And blue Hawaii
The night is heavenly
And you are heaven to me
Lovely you
And blue Hawaii
With all this loveliness
There should be love

Come with me
While the moon is on the sea,
The night is young
And so are we, so are we
Dreams come true
In blue Hawaii
And mine could all come true
This magic night of nights with you

CD In Memorian Mas Hoegeng dalam Dunia Seninya




Saat saya mewawancara Mas Aditya Hoegeng di Jakarta, saya mendapat hadiah sebuah CD lagu berisi lagu-lagu kesukaan Hoegeng. Saya suka sekali mendapat CD itu. Selama proses pembuatan novel Halaman Terakhir, saya memang banyak mendownload lagu-lagu beraliran Hawaiian.

Sebenarnya selama ini saya tak terlalu mengerti soal lagu-lagu yang disebut lagu-lagu lautan teduh itu. Tapi gara-gara di buku-buku tentang Hoegeng yang saya baca sebelumnya, banyak diulas, maka saya mencarinya. Untunglah manusia sudah menciptakan youtube, sehingga beberapa lagu bisa saya dapatkan. Salah satunya lagu milik Elvis Presley, saya ambil utuh untuk novel ini.

Dalam CD ini ada 15 lagu. Dari Tune Pembukaan, Kamalami O Kiantaha, Always, Only You, Tahiti Sweet Heart, Surga Dunia, Molokai Lullaby, Si Asiu To Tell A Lie, Waikapu, Silver Threads Among The Gold, Hold My Hand, I Cant Help Falling in Love with You, dan Aloha Oi.

Saat menulis dengan ditemani lagu-lagu ini, sepertinya saya bisa membayangkan apa yang ada di saat itu. Tentu sekadar lewat imajinasi.

Bertemu dengan Mas Aditya Hoegeng

Satu yang menyenangkan, dalam proses penulisan buku Halaman Terakhir, adalah saya bisa bertemu dengan Mas Aditya Hoegeng, putra Bapak Hoegeng. Sebelumnya saya hanya melihat beliau di acara Kick Andy beberapa tahun yang lalu, saat beliau merancang perjalanan ke Hawaii untuk ibunda Merry.

Pertemuan pertama bersama kawan-kawan dari Penerbit Noura, Mas Deden, Mbak Santi, dan Mbak Rina.Saya lupa tanggal dan bulannya. Namun yang saya ingat sepertinya di tahun 2013.



Sedang, pertemuan kedua saya seorang diri. Naik kereta langsung tujuan PP. Saya juga lupa tanggalnya, namun lanjutan wawancara tentang Pak Hoegeng, berlangsung di kantor beliau, di Sekolah Musik Yamaha, Jakarta.



2 kasus terakhir yang dihadapi Hoegeng



Seperti yang sudah saya tulis di posting awal, awalnya buku ini saya beri judul Panggil Aku Hoegeng. Namun penerbit kemudian memutuskan untuk menggantinya menjadi Halaman Terakhir.  Filosofi menggunakan judul Halaman Terakhir karena buku ini memang terinspirasi 2 kisah terakhir Hoegeng, sebelum dirinya dicopot oleh Presiden Soeharto.

Dua kasus itu adalah Pemerkosaan Sum Kuning dan Penyelundupan Mobil Robby Cahyadi.



Kisah Sum Kuning terjadi di Yogyakarta. Ini merupakan kasus pemerkosaan yang membingungkan dan berlangsung sangat panjang. Konon terlibat beberapa anak pejabat di kasus ini. Semakin lama kasus ini sempat menimbulkan pertentangan anatar polisi dan TNI.

Sebenarnya ini cukup sensitif. Sewaktu masih dalam proses pembuatannya, seorang dosen senior di UMS, sempat mewanti-wanti saya untuk berhati-hati dalam penulisan buku ini karena ia tahu sekali betapa panasnya kasus ini tahun 1970an lalu.

Kasus penyelundupan mobil mewah oleh Robby Cahyadi juga merupakan kasus yang luar biasa. Walau Robby Cahyadi hanya  merupakan salah satu pemain saja, namun apa yang dilakukannya cukup spektakuler untuk ukuran waktu itu.

Tentu karena ini fiksi, saya hanya mengambil garis besar dua kisah itu saja. Sebagian saya kembangkan, dan menjadi penuh imajinasi. Sehingga pada akhirnya karakter-karakter tersebut jauh dari karakter-karakter sebenarnya.

Bila kawan-kawan penasaran, dan ingin mencari kisah yang benar, kawan-kawan bisa mencari cerita yang sesungguhnya di buku-buku - yang tentu saja- bukan fiksi.