Orde Baru, suatu masa …
Hoegeng
sedang diuji. Dua kasus besar mencuat, mencuri perhatiannya yang kala
itu menjabat sebagai Kapolri. Dua kasus yang membuatnya terbentur tembok
raksasa dan menguji integritasnya sebagai seorang polisi.
Kasus
pertama adalah Sum Kuning. Kasus pemerkosaan yang menggegegerkan Kota
Yogyakarta. Meski telah menggali amat dalam, selalu ada batu yang
mengganjal usahanya menemukan pelaku. Berbagai gangguan mengalihkan
penyidikan dari bukti dan fakta.
Kasus
kedua adalah penyelundupan mobil mewah. Keterlibatan seorang putra
pejabat tinggi di tanah air membuat kasus ini sulit menyentuh dasar
masalahnya. Seolah para pelaku telah mengantisipasi langkah Hoegeng dan
anak buahnya, semakin dalam penyelidikan, semakin bukti itu menghilang.
Kasus-kasus
itu terus membayangi Hoegeng, membebani nuraninya. Mampukah Hoegeng,
sang polisi jujur, menutup mata dan meninggalkan sesuatu yang telah
dimulainya itu?
Halaman terakhir adalah sebuah drama perjalanan dua kasus terbesar yang pernah ditangani Hoegeng.
Tulisan di atas adalah blurps yang ada di cover belakang novel Halaman Terakhir. Cukup mengejutkan juga, sebenarnya di dalam novel itu saya tak sekali pun menyebut tentang Sum Kuning dan Robby Cahyadi. Nama-nama mereka, dan orang-orang yang terkait di sekitar4 mereka juga saya ganti. Saya berpikir pembaca pasti tahu sendiri, tanpa perlu saya sebutkan. Karena ini adalah novel, sudah banyak imajinasi saya masuk ke dalam tokoh-tokoh itu. Jadi tak adil bila saya tetap memakai nama-nama asli itu. Anggap saja itu adalah karakter fiksi.
Tapi ini mungkin pertimbangan dari marketing. Saya menerima saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar