Tahun ini, di
bulan Oktober, buku saya Halaman Terakhir,
Sebuah Novel Tentang Jenderal Polisi Hoegeng kembali
di-OPMI-kan. Saya langsung meyakinkan diri untuk datang di acara itu, sewaktu Penerbit
Noura menghubungi saya.
Saya berangkat
di Jumat malam dan tiba di Gambir menjelang Shubuh. Mas Mun –sopir Penerbit Noura-
menjemput saya dalam keadaan masih mengantuk. Saya sedikit merasa gak enak.
Tapi di perjalanan, kami banyak mengobrol. Saya jadi tahu, ternyata kawan-kawan
Noura yang dulu memroses buku saya, sebagian sudah tak lagi ada di Noura.
Sampai di
Noura saya berencana tidur. Saat di kereta, saya memang tak bisa tidur karena
lamu kereta yang terlalu silau. Namun hanya 2 jam saya tidur, karena walau hari
itu hari libur, ternyata ada tukang yang sedang membetulkan kamar mandi Noura.
Menjeang jam
10.00, Mbak Truly Rudiono datang. Kami membeli beberapa buku di toko buku Noura,
yang merupakan titipan kawan-kawan saya di Solo.
Setelah Mbak
Ani dan Mbak Seruni –tim promo Noura- datang, kami berangkat pukul 12.00 dengan
asumsi harus mencadi tempatnya lebih dahulu di PX Pavillion, Kebayoran. Tenyata
kami datang terlalu gasik, sehingga harus berjalan-jalan dulu dan menunggu di Café Crematology, tempat diskusi akan
berlangsung.
Menjelang pukul
15.00, kawan-kawan dari Media Indonesia mulai berdatangan. Mbak Hera, Mas
Wahyu, Mas Yoyok, dll. Beberapa tamu juga datang. Nikotopia, kawan semenjak di
Solo, sudah datang paling awal, disusul
Andhika. Keduanya penulis skenario yang sedang menggarap Kelas Internasional di NET TV. Raafi -yang baru beberapa hari lalu bertemu dengan saya di Solo- juga datang.
Satu mengejutkan
adalah kehadiran mas Bamby Cahyadi cerpenis, penulis 3 kumcer –yang terbaru Gadis Lolipop. Sebelumnya, kami memang
hanya mengenalnya di fb, sehingga cukup kaget juga ia berkenan datang. Apalagi ia
sama sekali tak berkabar akan datang, sehingga ketika masuk di pintu café, saya
setengan memandang tak percaya.
Yang paling
mengejutkan adalah kehadiran Bapak Soedharto, penulis buku Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan. Beliau adalah mantan
sekretaris Bapak Hoegeng. Jujur saja, ini sebenarnya sedikit membuat saya keder...
:-P
Diskusi
Selama
diskusi, Mas Wahyu menjadi moderatornya. Setiap peserta berhak mengutarakan
pendapat, kritik atau apa un itu. Tentu karena semua peserta sudah mendapat
buku, yang dikirim sekitar 10 hari sebelumnya, hampir semuanya ingin memberi tanggapan.
Beberapa yang saya ingat adalah:
Mas Bamby mengawali
pertanyaan dengan karakter-karakter dalam Halaman
Terakhir. Ia menanyakan karakter fiksi dan karakter yang sebenarnya, dan
kenapa ada karakter yang seperti hilang begitu saja di kelanjutan novel? Tentu
karena ini sebuah novel, dapat dikatakan imajinasi berperan sekali. Walau
begitu beberapa karakter memang merupakan karakter sebenarnya yang saya olah
sedemikian rupa. Karakter Djaba Kresna sangat dekat dengan karakter
Djabaruddin, yang merupakan penulis berita pertama tentang kasus pemerkosaan
yang menggegerkan itu. Karena tak ingin mengorek luka lama, beberapa karakter
memang harus diganti namanya. Namun saya tetap mempertahankan inisialnya. (bersambung)
foto2 dijepret oleh nikotopia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar